Jakarta, ECNETNews – Sampah plastik menjadi isu krusial di Indonesia, di mana negara ini menempati posisi kedua dan kelima sebagai penyumbang limbah plastik terbesar di dunia.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah memulai inisiatif Bank Sampah. Inisiatif ini memungkinkan masyarakat untuk mengumpulkan dan menyetorkan sampah ke Bank Sampah dalam bentuk monetisasi. Meskipun konsepnya menarik, implementasinya belum berjalan optimal.
Berdasarkan temuan dari Duitin, aplikasi untuk pengelolaan sampah daur ulang, banyak Bank Sampah kini sudah tidak aktif. Strategic Partnership and Enterprise Lead Duitin, mengungkapkan terdapat sekitar 18 ribu lokasi Bank Sampah di Jakarta, namun hanya sedikit yang berfungsi.
“Setelah melakukan pendataan di Jawa dan Bali, hanya sekitar 1 persen Bank Sampah yang dapat dihubungi dan aktif,” kata Audrey di acara konferensi pers Road to ASEAN Blue Innovation Expo.
Audrey menjelaskan bahwa banyaknya Bank Sampah yang tidak aktif disebabkan oleh manajemen yang bergantung pada partisipasi masyarakat, terutama ibu rumah tangga. Keterbatasan waktu dan pemahaman masyarakat tentang keberadaan Bank Sampah menjadi faktor penghambat.
Indonesia, sebagai pelopor konsep Bank Sampah di kawasan ASEAN, diharapkan dapat menghidupkan kembali program ini. Audrey menambahkan, “Dengan adanya peraturan pemerintah tentang satu kelurahan satu Bank Sampah, kami berharap inisiatif ini dapat berfungsi kembali dan meningkatkan pengelolaan sampah daur ulang.”
ASEAN Blue Innovation Expo
Keberlanjutan kini menjadi fokus utama di dunia bisnis global. Acara ASEAN Blue Innovation Expo & Business Matching, yang akan dihelat pada 19 Februari 2025 di Menara Mandiri, Jakarta, bertujuan untuk mempertemukan para pengusaha, investor, dan pembuat kebijakan guna mengeksplorasi inovasi terbaru dalam ekonomi biru.
Acara ini akan menampilkan teknologi terbaru di sektor akuakultur, bioteknologi, solusi alternatif plastik, serta konservasi karbon biru. Diselenggarakan oleh berbagai organisasi, acara ini bertujuan untuk memperkuat kolaborasi dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
“Dengan tantangan yang dihadapi masyarakat pesisir, seperti kenaikan permukaan air laut dan penangkapan ikan yang berlebihan, kebutuhan akan solusi inovatif semakin mendesak,” ujar seorang perwakilan dari UNDP Indonesia.