Senin, 2 September 2024 – 01:44 WIB
Jakarta, ECNETNews – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah meluncurkan sistem pengadaan terintegrasi end to end (E2E Procurement) sebagai bagian dari upaya integrasi sistem Enterprise Resource Planning (ERP). Inisiatif ini merupakan langkah signifikan dalam transformasi digital yang dilakukan BTN guna meningkatkan efektivitas operasional.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitulu, menjelaskan bahwa transformasi dalam proses procurement ini bertujuan meningkatkan nilai perusahaan dengan mengoptimalkan proses dan biaya, sembari menerapkan tata kelola yang baik dan transparan. Implementasi sistem E2E mencakup seluruh aspek pengadaan, mulai dari perencanaan, pengelolaan pemasok, penawaran, inventory, hingga transaksi yang lebih akurat dan tepat waktu.
“Proses yang terstandar dan optimal ini akan meminimalkan risiko hukum, finansial, dan ketidakpatuhan terhadap kebijakan perusahaan serta regulasi,” ungkap Nixon dalam keterangan resmi.
Dengan sistem E2E Procurement yang baru, BTN menargetkan peningkatan efisiensi, transparansi, dan kontrol yang lebih baik di seluruh proses pengadaan. Sistem ini menggantikan metode pengadaan sebelumnya yang kurang terintegrasi.
Direktur IT BTN, Andi Nirwoto, menyatakan bahwa penerapan E2E adalah langkah penting untuk meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing bank. Ini adalah hasil dari transformasi TI yang komprehensif di Bank BTN, di mana sistem ini memungkinkan automasi dan integrasi seluruh proses pengadaan yang terhubung secara real time. Dengan data yang tersimpan secara digital, analisis investasi biaya dapat dilakukan dengan cepat, dan pengelolaan penyedia jasa menjadi lebih efisien.
“Inovasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kinerja internal, tetapi juga memperkuat hubungan dengan nasabah dan mitra bisnis, serta mendukung pertumbuhan BTN secara keseluruhan,” jelas Andi.
Direktur Asset Management BTN, Elizabeth Novie Riswanti, menambahkan bahwa dengan kontrol yang terintegrasi, masing-masing kantor cabang dapat melakukan proses penyediaan barang dan jasa secara self service. Hal ini memungkinkan kantor cabang lebih responsif terhadap kebutuhan lokal, mempercepat proses pengadaan, dan mengurangi ketergantungan pada kantor pusat.
“Proses ini akan memangkas waktu dan biaya distribusi, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada nasabah,” tegasnya.
Lebih jauh, Novie menjelaskan bahwa dengan tata kelola pemasok yang lebih baik dan transparan, BTN dapat menghindari benturan kepentingan antara pemasok dan pihak internal. Hal ini sejalan dengan amanat regulator untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara BTN dan penyedia barang dan jasa, sehingga memperkuat hubungan bisnis dan kinerja.
“Saat ini, roll out sistem pengadaan ini telah dilakukan di seluruh kantor BTN. Semua proses akan dicatat dalam satu sistem, memungkinkan BTN untuk membuat keputusan terkait inventory, procurement, dan investasi yang berbasis data. Sejalan dengan transformasi IT, data ini akan menjadi bagian dari sistem Big Data BTN,” tutupnya.