Selasa, 17 Desember 2024 – 02:05 WIB
Jakarta, ECNETNews – Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengungkapkan bahwa krisis iklim memiliki dampak yang signifikan terhadap perempuan, terutama dalam meningkatkan kerentanan terhadap kekerasan dan kemiskinan yang dialami oleh mereka.
Dalam diskusi yang membahas hubungan antara krisis iklim dan kekerasan berbasis gender, Komisioner Komnas Perempuan Veryanto Sitohang menekankan bahwa perempuan termasuk dalam kelompok rentan yang menghadapi dampak perubahan iklim, bersamaan dengan anak-anak, masyarakat adat, lansia, penyandang disabilitas, dan kelompok marjinal lainnya.
Veryanto menjelaskan bahwa situasi krisis iklim berkontribusi terhadap peningkatan kekerasan berbasis gender. “Eskalasi kerentanan terjadi akibat perubahan lingkungan yang melemahkan ekonomi dan keamanan perempuan, baik dari sisi sosial maupun keluarga,” ujarnya.
Dia juga menyoroti bagaimana konflik terkait sumber daya alam yang menyebabkan krisis iklim berakibat pada kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian bagi perempuan. Contohnya, pengelolaan limbah yang tidak bertanggung jawab dapat mengakibatkan pencemaran yang berdampak langsung pada kehidupan petani dan pekerja kebun, yang mayoritas adalah perempuan, serta menimbulkan potensi intimidasi saat mereka memperjuangkan hak mereka.
Veryanto menegaskan, “Krisis iklim akan mengakibatkan pemiskinan perempuan, bahkan saya berani menyatakan bahwa krisis ini berkontribusi pada feminisasi kemiskinan.” Ia juga menambahkan bahwa krisis iklim berpotensi memperburuk ketidakstabilan sosial, di mana perempuan dan kelompok rentan lainnya dapat menjadi korban konflik yang muncul.
Data dari Komnas Perempuan menunjukkan bahwa antara 2003 hingga 2021, terdapat 67 pengaduan terkait kasus konflik sumber daya alam yang dilaporkan di 22 provinsi.