Jumat, 11 Oktober 2024 – 00:10 WIB
Tel Aviv – Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada Jumat, 27 September 2024, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperlihatkan dua peta baru mengenai Timur Tengah. Peta-peta tersebut tidak mencantumkan Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan menggambarkan seluruh wilayah itu sebagai bagian dari Israel.
Netanyahu menekankan bahwa dunia harus memilih antara “berkah” dan “kutukan” sambil menunjukkan peta-peta tersebut.
Peta pertama menyoroti negara-negara Arab potensial sebagai sekutu Israel, sedangkan peta kedua menampilkan Iran dan sekutunya, dengan keduanya mengabaikan Gaza dan Tepi Barat.
Peta yang dinamakan “karunia” mencakup Mesir, Sudan, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Bahrain, dan Yordania. Di sisi lain, peta “kutukan” menyoroti wilayah yang meliputi Iran, Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon.
Setahun yang lalu, Netanyahu juga berdiri di hadapan Majelis Umum PBB dengan peta yang menggambarkan “Timur Tengah Baru”, yang mencerminkan visi transformasi regional berdasarkan Perjanjian Abraham. Namun, perkembangan tahun ini lebih banyak disorot untuk konflik dan kampanye kekerasan daripada normalisasi hubungan.
Serangan Israel di berbagai wilayah selama setahun terakhir telah mengganggu kemajuan menuju perdamaian di kawasan tersebut. Stabilitas relatif Timur Tengah yang ada pada awal dekade ini telah terganggu oleh serangan yang dianggap sebagai genosida di Gaza, serta operasi militer di Suriah dan Yaman, diikuti dengan invasi darat ke Lebanon.
Meski ada harapan untuk normalisasi hubungan dengan Arab Saudi, Palestina tetap menjadi hambatan utama. Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, menegaskan bahwa hubungan tidak akan dinormalisasi sebelum negara Palestina dibentuk, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Isu Palestina menggaet perhatian generasi muda di kawasan, yang lebih peka terhadap situasi yang dihadapi oleh rakyat Palestina, terutama dalam konteks kekerasan yang berkepanjangan.