Jakarta, ECNETNews – Baru-baru ini, foto-foto yang menunjukkan penumpukan stok motor listrik dan sepeda listrik di sebuah diler telah menarik perhatian publik di media sosial.
Beberapa pengguna media sosial memberikan pendapat mereka mengenai penyebab rendahnya minat pasar terhadap motor listrik yang ada di diler tersebut.
Salah satu pengguna menyatakan bahwa motor listrik memiliki waktu pengisian daya yang lama, serta biaya perawatan dan penggantian baterai yang tinggi. “Kenapa enggak worth to buy, karena pertama ngecharge lama, nggak efisien dibanding kendaraan berbahan bakar fosil. Maintenance mahal, kebayang ganti baterai saat kebutuhan finansial mendesak,” tulis pengguna tersebut.
Pengguna lainnya juga menyoroti masalah infrastruktur pengisian daya yang belum merata dan jarak tempuh yang terbatas. “Jarak tempuh terbatas, kebayang jika jarak kantor sekali jalan 30 KM, jika PP 60 KM, tidak cukup baterainya,” tambahnya.
Selain itu, kritik terhadap desain motor listrik dan ketersediaan suku cadang juga disampaikan. “Desainnya kurang menarik, sulit untuk melakukan tune-up seperti motor bensin, dan stok aksesorisnya pun tidak jelas,” ujar satu pengguna.
Di sisi lain, Aismoli (Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia) sebelumnya mengungkapkan bahwa penundaan subsidi dari pemerintah berkontribusi terhadap rendahnya angka penjualan motor listrik. “Masyarakat menunggu kepastian mengenai insentif dari pemerintah, yang berdampak pada keputusan untuk menunda pembelian unit,” ungkap ketua umum Aismoli.