Selasa, 14 Januari 2025 – 21:36 WIB
Bali, ECNETNews – Pembangunan di Bali menghadapi tantangan besar yang diakibatkan oleh ketimpangan antar sektor. Sektor pariwisata mendominasi ekonomi, dengan hampir 75 persen kontribusi berasal dari sektor ini, yang merupakan sektor tersier.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali menjelaskan, “Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri memiliki kontribusi yang sangat kecil, sehingga Bali sangat tergantung pada pariwisata.” Diungkapkan pada pertemuan di Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali, pada Selasa, 14 Januari 2025.
Ketimpangan antar wilayah pun menjadi masalah yang dihadapi dalam pembangunan Bali. “Pembangunan di Bali Selatan sangat pesat berkat ekonomi pariwisata. Pemerintah telah mencoba mengatasi ini melalui transformasi ekonomi Bali yang diresmikan oleh Presiden, bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di luar Bali Selatan,” tambahnya.
Ia juga menunjuk pada data terbaru yang menunjukkan adanya dampak ketimpangan terhadap angka kemiskinan. Data BPS menyatakan bahwa kemiskinan di Bali menurun 4,0 persen pada tahun 2023. Meskipun angka kemiskinan di Bali lebih rendah dibandingkan nasional, peningkatan kemiskinan ekstrem tetap menjadi perhatian.
Di tahun 2025, Ika Putra memperingatkan bahwa tantangan berat akan dihadapi dengan adanya pergantian kepala daerah baru di seluruh Bali, yang dapat memengaruhi kebijakan pembangunan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Bali juga mencatat bahwa pada tahun 2024, Bali mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,43%. “Kami berharap pertumbuhan ekonomi di Bali terus menguat, dengan sektor pariwisata berkontribusi 44% pada tahun 2025,” ujarnya.
Untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi, diperlukan upaya untuk menciptakan perekonomian yang lebih berdaya tahan, inklusif, dan berkelanjutan. Bank Indonesia memproyeksikan sektor potensial di tahun 2025 meliputi pertanian, infrastruktur, dan pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya serta pemberdayaan masyarakat.
Menurut data, perekonomian Bali sangat bergantung pada investasi, yang memberikan kontribusi sebesar 27,5 persen, dengan tingkat konstruksi mencapai 53,10%. Oleh karena itu, penting untuk mendorong investasi dan konstruksi yang lebih besar di Bali.
Erwin juga mengungkapkan bahwa 92% investasi di Bali masih terfokus pada kebutuhan tersier dalam sektor jasa pariwisata. “Kami mendorong diversifikasi ekonomi ke sektor primer dan sekunder yang masih relatif terbatas,” tegasnya.