Minggu, 22 Desember 2024 – 17:51 WIB
ECNETNews – Alergi terhadap susu, khususnya alergi susu sapi, menjadi masalah kesehatan yang umum di Indonesia. Sistem kekebalan tubuh merespons protein susu yang berlebihan, yang menyebabkan berbagai gejala alergi.
Organisasi kesehatan di Kebumen aktif dalam menyebarkan informasi mengenai alergi susu. Mereka melakukan penelitian untuk memahami gejala alergi susu, penyebabnya, dan pengobatan yang tepat bagi penderitanya.
Penyebab Alergi Susu
Alergi susu terjadi ketika sistem imun menganggap protein dalam susu sebagai ancaman, memicu produksi antibodi dan pelepasan histamin. Gejala alergi susu dapat bervariasi, termasuk:
1. Reaksi terhadap protein susu
Reaksi alergi umumnya disebabkan oleh dua jenis protein utama dalam susu sapi, kasein dan whey, yang dapat memicu reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh.
2. Faktor genetik
Riwayat alergi dalam keluarga dapat meningkatkan risiko alergi susu pada anak. Sekitar 40% bayi dari ibu dengan riwayat alergi mengembangkan kondisi serupa.
3. Usia
Alergi susu lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak, karena sistem pencernaan mereka belum sepenuhnya berkembang. Banyak anak akan mengatasi alergi seiring bertambahnya usia.
4. Gangguan pencernaan
Masalah pencernaan, seperti GERD atau IBS, dapat berkontribusi pada perkembangan alergi susu.
Obat yang Direkomendasikan untuk Alergi Susu
Untuk mengatasi gejala alergi susu, beberapa obat yang umum dianjurkan antara lain:
1. Antihistamin
Antihistamin seperti Loratadine dapat meredakan gejala seperti hidung tersumbat, bersin, dan ruam kulit yang gatal.
2. Epinefrin
Dalam kasus reaksi anafilaksis yang parah, epinefrin bisa digunakan untuk mengurangi gejala berbahaya seperti sesak napas.
3. Susu Alternatif
Untuk individu yang alergi terhadap susu sapi, produk seperti susu beras atau susu almond adalah pilihan yang baik. Susu beras terbuat dari beras dan biasanya bebas laktosa, sementara susu almond memiliki rasa yang ringan dan juga rendah lemak jenuh.
Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum memulai pengobatan untuk memastikan diagnosis dan penanganan yang tepat sesuai kondisi kesehatan masing-masing individu.